Pernikahan Dalam Suasana Gempa Bumi Bag.1

(Kisah nyata campur tangan Tuhan Yesus terhadap sepasang calon mempelai) - Bagian I

“Kami menikah sehari sebelum gempa menimpa Jogja tetapi Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya kepada kita yang sungguh-sungguh mengasihi Dia. Tuhan Menunjukkan Kemurahan Hati-Nya lewat peristiwa yang tidak akan pernah kami lupakan sepanjang sejarah kehidupan kami”

Namaku Silvia dan suamiku Andri. Kami baru saja menikah, 28 Mei 2006 yang lalu. Tapi sebelum menikah, kami melalui banyak ujian yang datang. Semoga kesaksian ini, bisa menguatkan banyak orang dan mendatangkan kebaikan bagi Pembaca.

Ujian aku alami, datang pertama kali pada saat 2 minggu sebelum pernikahan. Adik kandungku masuk Rumah Sakit, ya adikku menderita demam berdarah (DB) pada saat 2 minggu menjelang pernikahanku. O, Tuhan betapa shocknya aku saat itu, karena selain memikirkan kondisi adikku, aku juga memikirkan kondisi kesehatan kedua orangtuaku tentunya. Karena menjelang pernikahan putrinya, tentu orangtuaku termasuk orang yang sangat sibuk mengurusi persiapan pernikahanku, ternyata kesibukan orang tua masih harus ditambah dengan masuknya adikku ke rumah sakit, yang tentunya membuat beban pikiran mereka semakin bertambah. Aku sangat mengkuatirkan kondisi orang tuaku, terutama papaku, karena beliau pernah operasi jantung koroner. Tentunya bagi penderita penyakit jantung, beliau tidak boleh dibebani pikiran yang terlalu berat, juga kondisi fisiknya harus tetap dijaga.

O, Tuhan saat itu aku hanya bisa terus berharap agar adik bisa secepatnya sembuh. Tapi ternyata yang terjadi kondisi adikku semakin parah, trombositnya drop terus sampai tinggal 7 ribu, padahal untuk jumlah trombosit orang normal berkisar antara 150-200 ribu. Walaupun sudah diobati dengan obat paling canggih dan paling mahal sekalipun tidak bisa menahan dropnya trombosit adikku. Sampai-sampai dokter yang menangani adikku berkata, kalau kondisinya nge-drop terus, dan kondisi fisik pasien tidak kuat, maka darah akan keluar dari hidung, telinga, dan mulut karena semua pembuluh darahnya bisa pecah dan kalau hal itu sampai terjadi dokter akan angkat tangan karena tidak mampu membantu lagi. O, Tuhan sekali lagi hati kecilku menjerit, tapi satu hal yang pasti, aku percaya kalau mukjizat Tuhan masih terjadi hingga saat ini. Dan aku percaya pertolongan Tuhan pasti akan terjadi tepat pada waktu-Nya.

Akhirnya benar, waktu yang ditunggu-tunggu tiba, beberapa hari kemudian kondisi semakin membaik, adikku berangsur-angsur sembuh, dan lima hari menjelang pernikahanku, adikku bahkan sudah boleh pulang dari Rumah Sakit. Ya, aku sangat bersyukur sekali, walaupun adikku pulang lima hari sebelum aku menikah. Waktu yang sangat mepet tentunya bagi aku sekeluarga untuk kembali mempersiapkan hal-hal yang belum sempat kami urus berkaitan dengan pernikahanku.

Pagi harinya, saat adikku pulang dari rumah sakit, kami sangat senang, oh betapa leganya kita saat itu… Tetapi ternyata itu masih belum cukup Tuhan masih ingin menguji imanku, malam harinya, gantian aku yang menderita sakit, bayangkan, aku yang akan menikah lima hari lagi menderita sakit dengan gejala yang sama seperti adikku, yaitu demam berdarah. O, Tuhan begitu beratnya ujianku saat itu, rasanya aku udah dipangkas habis, aku ingin menjerit, aku sampai tidak punya daya upaya untuk melakukan apapun lagi.

Semua saudara-saudaraku yang mengetahui keadaanku saat itu juga mengatakan hal yang sama, bahwa aku bisa terkena DB atau typus. Pada saat aku cek ke dokter, dokter juga belum bisa memastikan penyebab demam yang mencapai 40° Celcius. Dokter hanya menyarankan aku untuk cek darah lagi 7-10 hari setelah demamku. O, Tuhan, padahal lima hari lagi besok Minggu adalah peristiwa penting dalam kehidupanku, hari yang kutunggu-tunggu dalam sejarah kehidupan, AKU AKAN MENIKAH!!!!

Aku dan calon suamiku hanya bisa berdoa, berdoa dan berdoa, kita hanya yakin satu hal, bahwa mukjizat pasti akan terjadi hingga hari ini!! Kami sangat yakin dan mengimani hal itu!!

Ternyata demamku masih belum juga turun, padahal sudah begitu banyak obat dari dokter ataupun obat chinese yang kuminum. Tuhan, aku percaya, aku hanya mengandalkan Engkau dalam setiap perkara yang terjadi. Pada saat seperti ini aku teringat perkataan Jeffry S. Tjandra waktu aku dan calon suamiku menghadiri KKR-nya, dia berkata : “Dalam segala perkara yang terjadi dalam kehidupan kita, Tuhan pasti punya rencana yang terindah jika kita mau berserah kepada kehendak-Nya dan percaya kepada-Nya, karena sehelai rambutpun jatuh atas seijin rencana-Nya.” Kita juga percaya bahwa ujian yang boleh terjadi atas kehidupan kita tidak akan melebihi kekuatan kita.

Keesokan harinya, Kamis, demamku masih belum juga sembuh, begitu pula dengan keesokan harinya lagi, tapi satu hal dalam hatiku muncul keyakinan bahwa apapun penyakitku ini Tuhan pasti berikan mukjizat untukku, aku dan (calon) suamiku punya iman kalau nanti pada hari Sabtu aku PASTI SUDAH SEMBUH, dan hari Minggunya pernikahanku pasti akan tetap berlangsung dan berjalan dengan lancar.

Benar, Tuhan menunjukkan MUKJIZATNYA kembali, pada hari Sabtu dini hari tgl. 27 Mei itu aku merasa kondisi tubuhku membaik, bahkan demamku sudah berangsur-angsur hilang. Oh, Praise The Lord, Thanks God ucapku, namun … ternyata Tuhan punya rencana lain yang tidak pernah kami pikirkan akan terjadi. Sabtu pagi itu, pada tanggal 27 Mei 2006, di Jogjakarta terjadi gempa dahsyat yang mengerikan dengan kekuatan skala 6,2 Richter, yang menewaskan sekian puluh ribu jiwa, meluluh-lantakkan banyak bangunan, gedung dan sebagainya. Membuat hatiku benar-benar shock, Tuhan, apa salahku, dari kecil aku dan calon suamiku bukan orang nakal, bukan orang jahat. Kami juga dari keluarga baik-baik, tapi kenapa kami harus melalui semuanya ini disaat menanti detik-detik menjelang pernikahan… Oh, Tuhan, hatiku hancur saat itu, dan berteriak,”Kenapa Tuhan …. Kenapa …!!??” Kamarku rusak cukup parah, tapi aku masih bisa bersyukur karena aku tidak terluka sedikitpun, padahal aku tidak bergerak sedikitpun dari tempat tidurku saat gempa terjadi, karena aku sudah sangat-sangat pasrah atas semua yang terjadi, sampai-sampai aku berkata kepada Tuhan jika Tuhan mau ambil aku sekarang, aku siap dan aku tidak akan pernah menyalahkan Tuhan.

Pada saat itu keadaan di Jogja, semua orang panik, takut, ditambah dengan isu tsunami, semua orang tumplek-blek di jalan, yang Utara mau ke Selatan, yang Selatan mau ke Utara, jalan raya macet, di mana-mana terjadi kecelakaan, orang-orang berhamburan di jalan tanpa tahu harus ke mana, semua rumah sakit penuh, begitu penuhnya sampai begitu banyak pasien hanya tergeletak di aspal, karena kurangnya tenaga medis dibandingkan dengan begitu banyaknya korban saat itu

Tuhan kenapa semua ini harus terjadi pada saat satu hari menjelang pernikahanku, bayangkan hanya tinggal satu hari, tinggal besoknya kami menikah.

(bersambung)

* Pernikahan Dalam Suasana Gempa Bumi Bag.2

Previous
Next Post »